Langsung ke konten utama

PACARAN ADALAH TINDAKAN TERCELA


Pacaran adalah istilah untuk dua sejoli yang menjalin hubungan yang berlandaskan cinta. Sesuai slogan cinta tak pandang bulu, pacaran bisa dilakukan oleh siapapun dari kalangan manapun. Bahkan, zaman sekarang ini anak SD pun berpacaran.

 

Menilik kegiatannya yang mendekati zina seperti berduaan dan semacamnya, pacaran dipandang sebagai sesuatu yang haram dan harus dihindari. Itu benar. Tapi, perlu anda ketahui, ada sebuah filosofi yang menunjukkan bahwa pacaran itu sesuatu sangat krusial. Tepatnya, dari tanah Melayu. Di sana, ada sistem dan aturan main yang sangat mengagumkan. Berikut penjelasannya.

 

Stage pertama, pihak lelaki akan nembak atau menyatakan perasaanya kepada pihak perempuan yang disukainya lewat pantun. Kalau ditolak, sadar diri lah, mundur. Kalau diterima, lanjut ke level berikutnya.


Stage kedua, pasangan dan orang tua kedua belah pihak bertemu lalu pihak orang tua memberikan tanaman pacar air kepada dua sejoli ini untuk menandakan bahwa mereka punya hubungan. Dari situlah, muncul istilah pacaran.


Stage ketiga, level yang paling sulit. Jadi, dua sejoli ini akan berkirim surat, jalan bersama, dan berduaan untuk saling mengenal luar dalam pasangannya. Tentunya, ada berbagai batasan dalam berduaan. Bersamaan dengan itu, pihak lelaki harus bekerja dan mempersiapkan segala sesuatu untuk melamar pihak perempuan. Batas waktunya adalah sampai tanaman pacar air di tangan mereka layu atau kurang lebihnya, tiga bulan sejak pertama kali dipasang. Jika sampai batas waktu itu belum ada kejelasan, pihak perempuan ataupun keluarganya berhak memutuskan hubungan tersebut dan menerima pinangan dari lelaki lain. Sebelum tiga bulan pun, apabila salah satu atau kedua belah pihak merasa tidak cocok, mereka boleh memutuskan hubungan tersebut. Dari situlah, muncul istilah putus.

 

Bisa anda lihat. Tidak ada pemaksaan, tidak ada ciuman, dan tidak ada sentuhan yang berlebihan. Malah, ada kesaksian dari orang tua masing-masing, ikatan janji untuk saling menjaga komitmen, dan usaha untuk saling memantaskan diri. Itulah cara pacaran yang benar.

 

Dalam urusan cinta, pernikahan bukanlah akhir. Justru, permulaan untuk mengarungi lautan kehidupan dengan bahtera rumah tangga. Jadi, jangan hanya mengandalkan cinta pertama ataupun cinta sesaat. Tidak akan sanggup.


Awal-awalnya mungkin sangat mesra dalam beradu asmara. Namun, begitu mengetahui sisi buruk pasangan, orang yang KURANG dewasa hanya akan kecewa dan drama tidak penting. Ujung-ujungnya, istri dan anak adalah pihak yang paling sering DIHARUSKAN menjadi korban.


Makanya, pacaran itu diperlukan untuk menghindari sesuatu semacam itu. BUKAN untuk mengambil kesempatan melakukan sesuatu yang dilandasi nafsu birahi.


*****


Sekian,

Semoga kita damai di dunia, damai di akhirat, damai selama-lamanya 🙏

 

 

loading...

Komentar