Selama 12 tahun sekolah, dalam pelajaran IPS pasti ada materi yang menerangkan tentang kasta. Sayangnya, cara penyampaian dalam buku mana pun sebenarnya kurang tepat. Kasta seolah sesuatu yang bersifat diskriminatif di mana sebagian manusia dipandang berkelas, sebagian lagi dipandang hina. Itu jelas KELIRU.
Agama Hindu menyatakan bahwa derajat setiap manusia adalah SETARA. Sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Tunggal. Kasta itu sebenarnya membagi manusia berdasarkan PEKERJAANNYA.
1. Brahmana. Mereka membaca kitab suci dan dakwah menuntun puluhan atau bahkan ratusan orang. Agama Hindu mengharamkan umatnya membaca kitab suci tanpa didampingi oleh kaum Brahmana. Mereka tidak boleh melakukan pekerjaan yang bersifat terikat dengan dunia dengan tujuan memperkaya diri seperti tiga kasta bawahnya. Jadi, mereka berhak ditunjang hidupnya. (Ahli Agama, Tabib/Dokter)
2. Ksatria. Mereka memimpin pemerintahan dan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga desa/negara dari segala ancaman. Dua kasta bawahnya wajib menunjang hidupnya. Namun, tidak sebanyak Brahmana karena mereka boleh melsayakan pekerjaan lain. (Presiden, Menteri, TNI-Polri, Aparat)
3. Waisya. Mereka berkelana dari pulau ke pulau untuk berdagang. Kasta Sudra wajib menyetor barang kepadanya. Kalau lsaya, bagi hasilnya harus adil. (Pedagang, Pengusaha)
4. Sudra. Mereka menggarap sawah, memancing ikan, beternak. Tiga kasta di atas menggantungkan hidup mereka kepadanya. Jadi, mereka berhak dilindungi dan diayomi. (Buruh, Petani, Nelayan, Peternak)
Dalam ajaran Hindu, anak dan istri mengikuti kasta suami. Jadi, kasta seseorang bisa naik, bisa juga turun. Semisal gadis Brahmana dipinang oleh pemuda Ksatria dan diterima, gadis ini harus mengganti kastanya menjadi Ksatria. Begitu pula di kasta lain. Untuk anak, mereka mengikuti kasta orang tua mereka sampai usia 21 tahun. Makanya, di Jawa ada istilah selikur. Wes wayahe lingguh kursi. Maksudnya, harus sudah bekerja. Pekerjaannya bebas. Seandainya, anak seorang Sudra merasa tidak bisa mencangkul tapi merasa pintar berhitung dan menawarkan barang, dia akan disuruh menemui orang dari Waisya untuk belajar. Lalu kastanya diganti menjadi Waisya.
Jadi mengganti kasta itu TIDAK APA-APA. Tidak mutlak dari lahir sampai mati. Berdasarkan keyakinan, perempuan harus ngikut laki-laki. Kalau dibalik, dipercaya pamali. Akan terjadi hal buruk. Sedangkan, kalau anak masih menganggur sampai umur 21 tahun, anak itu akan menjadi aib keluarga.
Sebelum Anda membayangkan sesuatu yang ajaib, saya akan memberi tahu bahwa mengganti kasta itu SULIT. Mereka perlu belajar dan juga diuji kelayakannya oleh orang dari kasta yang ingin dimasuki. Proses belajar sampai ujiannya sendiri bisa bertahun-tahun. Jadi, bukan sekedar pengen terus langsung ganti gitu.
Mengenai orang jahat, mereka tidak punya kasta. Mereka dipandang hina selama belum bertobat. Bahkan, seorang Brahmana sekalipun kalau terbukti melakukan tindak pidana seperti cabul, mencuri, atau lainnya itu akan langsung dilepas kasta dan seluruh haknya. Hina sudah.
Memang, ada beberapa oknum yang menyimpang dan menyalahi hukum kasta. Tapi, perlu Anda ketahui, pernyataan Kasta adalah bentuk diskriminatif sebenarnya adalah propaganda umat non-Hindu dalam rangka menyebarkan agamanya. Banyak fitnah dan penambahan-penambahan perkara yang diorasikan dengan rapi sehingga sistem kasta dan bahkan Agama Hindu dicap diskriminatif. Maka dari itu, bagi Anda yang sudah membaca dan memahami sampai selesai, tolong bantu sebarkan agar stigma negatif tersebut bisa dihilangkan.
*****
Sekian,
Semoga kita damai di dunia, damai di akhirat, damai selama-lamanya 🙏
Komentar
Posting Komentar